Thursday 5 April 2018

5 Contoh Puisi Epigram Bahasa Indonesia


Di dalam puisi ada banyak sekali nilai-nilai positif yang bisa dipetik dan dijadikan pedoman untuk menjalani hidup, termasuk juga puisi-puisi epigram. Puisi epigram adalah puisi yang berisi pengajaran dan tuntunan hidup yang baik. Nasehat-nasehat yang ada dalam setiap kata-katanya bisa menjadi teladan dan guru yang baik bagi pembacanya.


Kata-kata dalam satu puisi epigram singkat dan selalu mudah untuk dipahami. Epigram berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu “epigram” artinya tulisan. Jadi, epigram berarti puisi tertulis yang terdapat nilai kearifan di dalamnya. Sifat puisi ini didaktik atau mendidik lewat nasehat yang membawa ke arah kebenaran.  

Untuk Anda, berikut ini beberapa macam contoh-contoh puisi epigram yang bisa dipetik hikmahnya.

1.    Perjalanan Usia

Anak-anak tumbuh mendewasa,
akankah aku hanya tumbuh menua?
Kelak mereka butuh lawan bicara,
apakah kala itu aku kakek pelupa?

anak-anak tidak selamanya bayi,
mereka butuh tak hanya dimengerti.
Mereka punya mata, punya hati,
tidak cukup dengan harta diwarisi.

Sampai kapan usiaku ditakdirkan,
sampai batas itulah aku dihadirkan.
Sebagai orang tua, sebagai teman,
sampai batas waktu yang ditentukan.

Tak baik jika mereka di sini saja,
hangat dipeluk rumah dan keluarga.
Kehidupan itu pengembaraan jiwa,
dan mereka pengelana berikutnya.

Jika tumbuh dewasa ada ujungnya,
jangan sampai hanya menua sia-sia.
Dalam perjalananku menyusuri usia,
setidaknya harus pernah bijaksana.

Omah Mangkat, 17 Maret 2016

Chandra Malik, Asal Muasal Pelukan, (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016) hlm.104

2.    Rakyat Adalah Sumber Ilmu

Oleh karena itu rakyat adalah guru.
Adalah sumber ilmu.
Rakyat adalah gua
di mana Kresna dan Arjuna
bertapa.
Rakyat adalah samudera luas
di mana Sang Bima
bertemu dengan Dewa Rucinya.

Janganlah kita menunggu Ratu Adil.
Ratu Adil bukanlah orang.
Ratu Adil bukanlah lembaga.
Ratu Adil adalah keadaan
di mana ada keseimbangan
antara roh dan badan.

Wahyu Cakraningrat tidak ada.
Wahyu Cakraningrat, Wahyu Pendeta Raja,
adalah impian deksura.

Syahdan
di dalam alam hanyalah ada
Satu Wahyu.
Ialah Sabda.
Dan sabda adalah citra diri Tuhan.
Di dalam masyarakat manusia,
Sabda memiliki sembilan bayangan.
Itulah yang disebut sebagai sembilan wahyu.
Wahyu ahli agama.
Wahyu ahli alam.
Wahyu ahli kesenian.
Dan lalu:
Wahyu ahli obat-obatan.
Wahyu ahli pendidikan.
Wahyu ahli pertanian dan peternakan.
Selanjutnya:
Wahu Raja.
Wahyu menteri dan panglima.
Dan akhirnya: wahyu hakim.

       TIM, Jakarta, 12 Juli 1975

       Karya : WS Rendra

3.    Pagi

jangan biarkan sekuntum bunga itu
layu sebelum matahari membelainya
dengan menggemakan semburat jingga
ultra dalam irama nuansa cinta-semesta

lihatlah bagaimana alam begitu perkasa
memainkan peran-Nya
dalam rindu-dendam yang terbungkus
kasih sayang memberi semburat
makna seribu pesona

       Karya : Chairil Anwar

4.    Kepada Kawan

Sebelum ajal mendekat dan menghianat
Mencengkam dari belakang ketika kita tidak melihat
Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa

Belum bertugas kecewa dan gentar belum ada
Tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam
Layar merah berkibar hilang dalam kelam
Kawan, mari kita putuskan kini di sini
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri

Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kuncup perempuan, tinggalkan kalau merayu
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju
Jangan tembatkan pada siang dan malam

Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat
Tidak minta ampun atas segala dosa
Tidak memberi pamit siapa saja

Jadi
Mari kita putuskan sekali lagi
Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi
Sekali lagi kawan, sebaris lagi
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu..!!
       Karya : Chairil Anwar

5.    Hak Oposisi

      Aku bilang tidak,
aku bilang ya,
menurut nuraniku.
Kamu tidak bisa mengganti
nuraniku dengan peraturan.
Adakah tugasmu
untuk membuktikan
bahwa kebjikasanaanmu
pantas mendapat dukungan.
Tapi dukungan —
tidak bisa kamu paksakan.
Adalah tugasmu
untuk menyusun peraturan
yang sesuai dengan hati nurani kami.
Kamu memasang telinga
— selalu,
untuk mendengar nurani kami.
Sebab itu, kamu membutuhkan oposisi.
Oposisi adalah jendela bagi kamu.
Oposisi adalah jendela bagi kami.
Tanpa oposisi: sumpek.
Tanpa oposisi: kamu akan terasing dari kami
Tanpa oposisi: akan kamu dapati gambaran palsu
tentang dirimu.

Pelopor Jogja, 10 Oktober 1971

       WS Rendra, Doa Untuk Anak Cucu (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016) hlm.11


Sampai disini contoh-contoh puisi epigram yang bisa Anda baca satu per satu. Baca juga artikel puisi lainnya di blog ini. Terima kasih.
 
Copyright © . Borneo '92 - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger