Tuesday 19 September 2017

7 Fauna Langka Khas Indonesia



Indonesia, dikenal sebagai negara dengan beragam jenis hewan yang unik dari ujung barat hingga ujung timurnya. Iklim tropis menjadikannya habitat yang cocok untuk berkembang biak hewan, baik di darat maupun di laut. Namun, sayangnya di masa kini, banyak dari hewan-hewan unik itu menjadi langka dan hampir punah.
Hal itu disebabkan oleh keserakahan manusia yang ingin menguasai sumber daya alam demi keuntungan semata.  

Daerah asli tempat berkembang biak hewan asli Indonesia disebut daerah Wallacea (Indonesia Tengah) meliputi pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara hingga Halmahera. Sebelah barat terdapat Dangkalan Sunda (Kalimantan, Sumatera & Jawa), pernah satu daratan dengan wilayah negara Asia Tenggara. Di sebelah timur terdapat Dangkalan Sahul (Papua), pernah satu daratan dengan Australia.

Berbeda dari daerah Wallacea, jenis hewan di kedua tempat ini memiliki kesamaan dengan masing-masing benua yang pernah satu daratan tersebut. Meskipun sama tapi masih ada karakteristik yang membedakannya. Tapi, hewan-hewan yang sejatinya asli Indonesia banyak yang berada di garis Wallace di Indonesia Tengah.      

Tanpa panjang lebar lagi, sesuai dengan judul artikel di atas, berikut ini beberapa hewan-hewan asli Indonesia yang langka tersebut. Sebagian dari fauna tersebut bahkan sudah diakui oleh dunia, mari kita simak.

1.  Komodo (Pulau Komodo)
 
 
Komodo sedang berjalan di pantai.
   Komodo adalah spesies kadal terbesar asli Indonesia yang sudah diakui oleh dunia. Mereka telah hidup selama berjuta-juta tahun, sering disebut sebagai naga karena sangat ganas dan agresif. Konon, tubuhnya yang besar itu karena “gigantisme pulau”, yaitu suatu gejala pembesaran makhluk hidup tertentu karena tidak adanya predator dan metabolisme tubuh yang lambat.

   Tubuhnya seperti biawak diberi steroid, kekar dengan ekor tebal mirip batang pohon. Mereka mampu melihat mangsa dari jarak 300 m, tapi tidak di malam hari. Lidahnya bercabang dua dan menjadi semacam sensor seperti pada ular. Air liurnya menyimpan racun dan bakteri mematikan, membunuh mangsa dengan cepat lewat luka dari gigitannya.

    Saat makan mereka akan berkumpul, melahap semua bagian dari tubuh mangsa hingga tulang-tulangnya. Proses pencernaan mereka sangat lambat dan hanya makan sebanyak 12 kali dalam setahun. Habitat mereka berada di Pulau Komodo yang dikelilingi pantai dan berpasir, cocok dengan kebiasaan berjemur mereka. Populasi komodo saat ini sangat rentan dan menjadi hewan paling dilindungi.

2.  Burung Cendrawasih (Papua)
 
mongabay.co.id
    Cendrawasih sering mendapat sebutan “burung surga” karena keindahan bulu-bulu yang dimilikinya. Burung cendrawasih banyak warnanya, ada yang kuning, merah, biru, oranye, putih dan lain-lain. Secara umum cendrawasih punya bulu ekor indah yang panjang hampir menutupi kakinya, sebagian jenis ada yang tidak.

    Ritual kawin mereka cukup unik dan rumit, para jantan berkumpul di hadapan sang betina lalu menari-nari dan bersaing siapa yang paling elok dilihat. Bila beruntung, si jantan pergi dengan sang betina ke tempat yang sudah disiapkan.

    Makanan utama cendrawasih adalah serangga, tapi mereka juga senang makan buah-buahan yang menyimpan nektar dalam jumlah banyak. Tidak jarang pula mereka makan berbagai jenis artropoda seperti kepiting dan hewan bercangkang lainnya.

    Pada abad ke- 19 dan 20, permintaan akan bulu-bulu cendrawasih sudah kelewat batas. Penangkapan burung cendrawasih masih belum dianggap ilegal. Dan saat ini, burung cendrawasih sangat dilindungi dan perburuan dibatasa hanya untuk penduduk setempat pada saat perayaan tertentu saja.

3.  Burung Maleo
 
Maleo sedang menggali pasir yang panas.
     Sebagai hewan endemik Sulawesi yang hampir punah, burung maleo menjadi salah satu fauna yang dilindungi dan tidak boleh diburu. Maleo adalah sejenis burung gosong yang tinggal di daerah panas, seperti pantai tropis dan tanah vulkanis. Mereka menggali tanah dan pasir yang panas sampai cukup dalam, kemudian mengubur telur-telurnya. Saat menetas, si anak akan keluar dengan menggali pasir lalu berlari ke dalam hutan.

    Telur burung maleo berukuran lima kali lebih besar daripada telur ayam biasa, didominasi oleh kuning telur. Ukuran tubuh maleo kecil yang membantu mereka berlari kencang. Selama hidupnya, burung maleo hewan yang setia dan hanya punya satu pasangan. Sumber makanan mereka bervariasi, dari buah, biji-bijian, serangga, dan hewan tak bertulang belakang.

    Tingkat populasi mereka berada pada status terancam punah karena banyak penduduk setempat menyukai daging burung maleo dan sering mengambil telur-telurnya.

4.  Tarsius (Sulawesi)
 
Seekor tarsius bersantai di pohon.
    Hewan tarsius atau tarsier bertampang mirip lemur, dengan mata besar khas, bertubuh kecil dengan ekor yang sangat panjang. Jari-jari tangan dan kakinya juga memanjang, cocok untuk memanjat pohon. Bulu-bulu di tubuh mereka sangat lembut dan terasa seperti beludru. Mereka termasuk hewan nokturnal, yang beraktivitas di malam hari.

   Tarsius sangat lihai berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain untuk menangkap mangsa. Makanan utama mereka adalah serangga, tapi banyak juga yang suka memangsa hewan-hewan kecil (burung, ular, kadal, kelelawar). Meski mirip dengan lemur dan monyet, tapi tarsius adalah spesies tersendiri, beda dengan hewan-hewan itu.

    Masa kehamilan dari tarsius betina sekitar enam bulan hingga melahirkan bayi yang sudah berbulu. Satu hari setelah dilahirkan, bayi tarsius sudah mampu untuk memanjat pohon. Lewat dari satu tahun, bayi tersebut akan menjadi tarsius dewasa.  

5.  Kadal Terbang / Flying Dragon (Kalimantan)
 
Membentangkan sayap seperti naga.
   Sesuai namanya, wujud kadal ini sangat mirip dengan naga berukuran kecil dan bersayap, disebut juga cecak terbang. Sayapnya terletak di antara tulang rusuk, yang bisa dibentangkan saat terbang dan bisa dilipat saat tak digunakan. Kadal terbang mampu menyeberangi pohon-pohon tinggi berjarak ratusan kaki.

   Panjang tubuh mereka bisa mencapai 20 mm, termasuk ekornya. Kulitnya berwarna cokelat hingga kehitaman atau abu-abu, ada pola bercak-bercak di punggung. Warna sisi bawah dari sayap jantan berwarna biru dan yang betina berwarna kuning. Ada juga beberapa spesies memiliki kantung di bawah dagunya, dari kuning cerah hingga abu-abu kebiruan.

Tubuh mereka yang pipih, sangat cocok dan aerodinamis ketika terbang. Ekor mereka yang kecil di ujung, bertindak seperti kemudi untuk mengatur arah. Saat akan bertelur, yang betina akan turun ke tanah dan menggali lubang di tanah dengan moncongnya, lalu menelurkan sekitar lima buah telur. Setelah dikubur, telur-telur dibiarkan sampai menetas sendiri dari dalam tanah. Makanan favorit para kadal terbang adalah serangga, seperti semut dan rayap.

6.  Anoa (Sulawesi)
 
Seekor anoa sedang berdiam diri.
    Anoa adalah hewan mirip kerbau tapi dengan ukuran tubuh kecil seperti rusa bertanduk. Hewan asli Sulawesi ini disebut juga “kerbau kerdil”, telah menjadi maskot provinsi Sulawesi Tenggara. “Kerbau kerdil” ini senang hidup menyendiri, hanya disaat betina akan melahirkan baru mereka berkumpul, berbeda dengan kerbau atau sapi. Anoa sangat senang berendam di lumpur atau menceburkan diri ke air, mereka tak suka udara yang panas.

   Seperti herbivora lainnya, mereka suka makanan yang menyimpan air seperti pakis, tunas-tunas pohon, buah-buahan jatuh hingga berbagai jenis umbi-umbian. Tapi, banyak juga dari mereka meminum air laut bahkan senang menjilati garam-garam alami, mungkin untuk mencukupi kebutuhan akan mineral.

7.  Kucing Merah / pardofelis badia (Kalimantan)
 
Kucing merah liar yang ditangkap.
    Kucing merah adalah kucing hutan khas daerah Kalimantan, tubuhnya diliputi oleh bulu warna merah, berekor panjang dan motif huruf “M” di kepalanya. Proporsi tubuhnya yang panjang sangat mirip dengan kucing emas asia dan jaguar. Sayangnya, kucing kecil ini sudah di ambang kepunahan, hanya ada sedikit saja catatan mengenai mereka. Pada tahun 2007 tercatat sekitar kurang dari 2.500 ekor saja di alam liar. Adanya penebangan hutan besar-besaran dan praktik ilegal jual beli satwa liar, semakin membawa mereka pada kepunahan.

   Perilaku makan dan reproduksi mereka tidak pernah diketahui, hidup mereka sangat rahasia dan populasinya sangat rendah. Habitat aslinya ada di pedalaman hutan Kalimantan, ada juga bukti mereka tinggal dekat sungai dan hutan rawa. Bukti-bukti tentang kucing merah borneo banyak disimpan di Sarawak dan Sabah, daerah Malaysia Timur.   

Sampai disini informasi tentang 8 fauna langka khas Indonesia yang sudah terancam habitatnya oleh keserakahan manusia. Sudah menjadi kewajiban bagi kita semua dan pemerintah untuk menjaga kelangsungan hidup mereka.

Semoga menghibur dan memberi wawasan untuk Anda semua. Terima kasih.   

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © . Borneo '92 - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger