Tuesday 28 November 2017

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen



Sebuah cerita pendek atau cerpen yang baik, terdapat unsur-unsur penting yang harus ada di dalamnya. Unsur-unsur tersebut menjadi penyusun utama dari terbentuknya kesatuan cerita yang utuh. Dalam sastra Indonesia, unsur-unsur tersebut lebih dikenal sebagai unsur intrinsik.
Dari namanya dapat disimpulkan bahwa unsur tersebut adalah apa saja inti yang terkandung di dalamnya.

Selain unsur intrinsik pada sebuah cerpen, ada pula unsur yang berada di luar cerita, yang disebut unsur ekstrinsik. Secara tidak langsung, unsur dari luar tersebut menjadi pondasi utama seperti sistem penyusun tubuh makhluk hidup. Unsur intrinsik dan ekstrinsik tidak hanya dipakai untuk membedah isi sebuah cerpen saja tapi juga untuk cerita yang sifatnya lebih panjang dari itu, seperti novel, roman, esai dan lain sebagainya.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah penjelasan singkat unsur intrinsik dan ekstrinsik pada sebuah cerpen. Silakan dibaca.

Unsur Intrinsik Cerpen

Tema
Unsur paling utama adalah tema karena terdapat ide pokok dan sandaran utama munculnya sebuah karangan cerpen. Jika tema tidak ada, maka sebuah cerita pasti tidak akan punya nyawanya sendiri.

Judul
Pada sebuah cerpen, judul tidak terlalu penting untuk dimunculkan dulu. Setelah sebuah konsep cerita sudah rampung, barulah judul cerita akan lahir dengan sendirinya.

Alur
Urutan peristiwa atau kronologis pembentuk sebuah cerita disebut alur. Alur sebuah cerpen terdiri dari tiga jenis alur, yaitu :
1.  Alur maju, berarti peristiwa di dalam cerita itu terus ke depan hingga ke akhir cerita.
2.  Alur mundur, peristiwa yang terjadi tidak sejalan dengan urutan waktu seperti biasanya (mundur ke belakang).
3.  Alur campuran, bentuk gabungan sebuah cerita antara alur maju dan mundur.

Berikut ini adalah tahapan di dalam sebuah alur cerita :
1.  Pengantar, melukiskan sebuah kejadian yang mengawali cerita.
2.  Awal masalah, kemunculan masalah yang dialami para tokoh.
3.  Klimaks/puncak, konflik berada pada puncaknya.
4.  Antiklimaks/menurun, konflik yang perlahan-lahan mulai mereda.
5.  Resolusi, konflik berakhir dengan penyelesaian.

Latar / Setting
Untuk menggambarkan sebuah cerita, posisi latar atau setting itu benar-benar penting. Tempat terjadinya peristiwa, waktu serta suasana yang berlangsung di dalamnya menjadi faktor pendukung utama agar cerita lebih hidup.

Penokohan
Untuk memperjelas bagaimana mengidentifikasi karakter-karakter dalam sebuah cerpen, dapat terlihat dari tiga aspek di bawah ini.
1.  Dialog, percakapan yang terjadi antara satu tokoh dengan yang lain.
2.  Penjelasan tokoh oleh pengarang.
3.  Penggambaran tokoh secara fisik.

Watak
Tokoh-tokoh yang hadir pada sebuah cerita, memiliki watak atau karakter beragam layaknya di kehidupan nyata. Ada tiga macam peran dan watak pada sebuah cerpen, antara lain :
1.  Tokoh Protagonis, tokoh dalam cerita yang memiliki sifat yang baik dan disukai oleh pembaca.
2.  Tokoh Antagonis, kebalikan dari protagonis, tokoh ini memiliki sifat yang jahat dan sering dibenci oleh pembaca.
3.  Tokoh Tritagonis, tokoh-tokoh sampingan atau yang menengahi antara kedua tokoh di atas.

Amanat
Sebuah cerita yang dibuat, pastilah memiliki pesan yang ingin disampaikan oleh si  pengarang. Seringkali pesan-pesan itu berwujud nasihat serta nilai-nilai moral yang bisa di teladani oleh pembacanya. Amanat selalu muncul dalam cerita-cerita dongeng yang khusus dibuat untuk anak-anak.

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Nilai Cerita
Sebuah cerita sering mengangkat nilai-nilai seperti agama, budaya, politik untuk membangun suasana agar lebih mengena pada pembaca dari kalangan tertentu. Cerita rakyat contohnya, sering mengangkat nilai suatu budaya dan agama tertentu.  

Latar Belakang Pengarang
Pertanyaan yang sering muncul jika seorang pembaca terpengaruh oleh suatu cerita yaitu, seperti apakah kehidupan yang dijalani oleh sang penulis. Tidak jarang seorang penulis cerpen membuat kisah yang mirip dengan kehidupan nyata yang ia jalani.

Situasi Sosial
Dinamika sosial yang terjadi pada saat tertentu sering menjadi pengaruh kuat seorang pengarang untuk menulis cerita. Hal ini tidak jarang untuk membangkitkan emosi para pembacanya.


Sekian artikel dari saya kali ini, semoga bermanfaat. Terima kasih.

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © . Borneo '92 - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger